Wisuda Series #1

Pengukuhan Wisuda: Dari Kehampaan menuju Kebermanfaatan

Part 1: Menuju SNMPTN di UM


    Saya menulis cerita ini karena pengalaman campur aduk yang saya alami di masa lalu yang membuat saya ingin mencurahkannya melalui postingan ini. Tentu sebagai seorang manusia biasa, saya memiliki pengalaman layaknya orang lain. Pengalaman yang saya rasakan ini cenderung unik dan menunjukkan betapa besar kuasa Allah atas takdir yang telah ditetapkan oleh hamba-Nya. Saya tidak bermaksud untuk merasa bahwa saya lebih dari yang lain, karena tentunya pasti banyak yang lebih dari saya. Untuk itu, pembaca dapat menerima atau tidak terkait cerita pengalaman perjuangan menuju kuliah sampai wisuda yang saya alami. Semoga cerita ini dapat diambil hikmahnya oleh pembaca sekalian.

Menuju SNMPTN di UM: Proses yang Mengejutkan
    Saya teringat tepat saat masih kelas 9 SMP sekitar tahun 2013, saya sedang berjalan menuju Angkutan Kota untuk pulang bersama dengan teman-teman saya. Saat itu, kami membicarakan tentang masa depan sekolah selanjutnya setelah SMP. Pada saat giliran saya, saya mengatakan bahwa saya ingin masuk SMA Negeri 7 Malang agar di kemudian hari, saya bisa masuk Universitas Negeri Malang (UM). Saat itu, beberapa teman saya sedikit "tertawa" mendengar impian saya, apalagi untuk masuk SMAN 7 Malang dimana harus bersaing dengan lulusan-lulusan dengan nilai-nilai sangat baik di seluruh Kota Malang. Apalagi jika kelak mau masuk UM, saya harus bersaing dengan calon-calon mahasiswa di seluruh Indonesia. Saya memaklumi mereka tertawa, karena saat itu saya merupakan kandidat kelas yang selalu dijadikan "katrol" oleh guru-guru ketika kenaikan kelas. Maksudnya, nilai sekolah yang saya peroleh selalu sangat buruk, sehingga selalu hampir tidak naik kelas tiap tahunnya. Bahkan sangat jarang mendapat nilai di atas angka 60 - 70, terkhusus mata pelajaran eksakta (berhitung) (untuk cerita lengkapnya bisa dilihat disini). Saya memilih untuk diam saja sambil berdoa dalam hati semoga saya bisa diterima di sekolah impian saya.
    Tapi pada kenyataannya, saya tidak lolos seleksi PPDB di SMAN 7 Malang. Saya gagal bersaing dengan lulusan-lulusan SMP di Kota Malang. Bahkan saat saya mendaftar ke salah satu SMA swasta sekalipun, mereka tidak mau menerima saya. Saya saat itu terancam merasakan gap year di masa sekolah. Hingga pada akhirnya, saya teringat bahwa dulu saat pulang sekolah, saya sempat memungut brosur sekolah di jalan yang bernama SMA "Islam" Malang. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah swasta yang ada di Kota Malang. Akhirnya Ibu saya menelpon sekolah ini untuk bertanya apakah masih dibuka pendaftarannya. Alhamdulillah ternyata sekolah itu masih dibuka. Sehingga saya bergegas mendaftarkan diri untuk bersekolah di SMA ini. Singkat cerita alhamdulillah saya dinyatakan lolos di sekolah ini.
    Meski gagal sekolah di negeri dan bersekolah di swasta, ini tidak menghancurkan mimpi saya agar nanti bisa kuliah di UM. Walaupun sepertinya kelihatan mustahil bagi saya yang bersaing dalam tingkat kota saja gagal apalagi nasional. Apalagi yang saya hadapi nanti bukan saja siswa-siswa dari SMA unggulan di Malang, tapi seluruh Indonesia. Meski terlihat sangat kecil peluangnya, saya tetap bersikukuh ingin kuliah di UM, terkhusus pada jurusan Sejarah yang saat itu sangat saya minati.
  Selama SMA, alhamdulillah saya menunjukkan tren peningkatan nilai yang signifikan dibandingkan ketika SMP dulu. Saya hampir setiap semester selalu mendapat ranking 10 besar dan bahkan paling luar biasanya, saya pernah mendapatkan ranking 2 sekelas. Sebuah prestasi pertama yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Saya selalu belajar semaksimal mungkin agar kelak nantinya saya bisa diterima di UM (cerita lengkapnya bisa dilihat disini).
    Singkat cerita, saya sudah berada pada kelas 12 SMA. Saat itu kami-kami yang kelas 12 mendapatkan pengumuman untuk berkumpul di Mushola guna adanya pemberitahuan. Pemberitahuan tersebut berupa adanya Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Sayapun memberitahukan pada Ibu saya mengenai pengumuman tersebut. Lalu Ibu saya bilang "Kalau kamu berhasil dapat SNMPTN, kamu nanti saya belikan HP baru". Karena saat itu diantara seluruh siswa di SMA, saya sendiri yang tidak memiliki HP. 
   Kami semua pun mulai diseleksi untuk diambil 50 persen terbaik di sekolah dengan berdasarkan pada perolehan hasil rapot yang selama ini kami peroleh. Alhamdulillah saya dinyatakan lolos dengan menempati posisi 43 dari seluruh siswa yang jumlahnya sekitar 300-an. Kemudian langkah selanjutnya adalah memilih universitas negeri yang hendak dituju. Tentunya saya memilih Sejarah sebagai pilihan pertama. Namun kami wajib setidaknya memilih 2 diantara 3 pilihan yang bisa diambil (saat itu format SNMPTN masih 3 pilihan). Akhirnya saya bersama teman saya yang bernama Rizky Wahyu keliling Universitas Negeri di Kota Malang (UM, UB dan UIN) untuk mencari jurusan yang kira-kira cocok dengan saya. Akhirnya saat itu saya mulai memikirkan UM dan UIN sebagai pelabuhan saya selanjutnya.
    Saat di rumah, saya mulai memilih jurusan yang ada di UM dan UIN. Saya meminjam laptop Ibu saya untuk membuka portal SNMPTN (karena saya saat itu belum memiliki laptop pribadi). Saya mulai mengklik (1) Pendidikan Sejarah UM, (2) Ilmu Pengetahuan Sosial UIN dan (3) Psikologi UIN. Saat saya hendak menekan "Submit", tiba-tiba internet di rumah saya langsung down. Sehingga proses transmisinya menjadi gagal. 5 menit kemudian, internet kembali dan saya membuka kembali portal SNMPTN. Saat hendak memilih pilihan yang sama, tiba-tiba firasat saya mengatakan bahwa jangan mengambil di UIN. Saat itu, tiba-tiba terbesit di pikiran bahwa saya harus memilih Teknologi Pendidikan pada pilihan kedua. Kemudian saya bertanya pada bapak saya "Apa itu teknologi pendidikan". Bapak saya mengatakan bahwa dulu eyang kakung saya (H. Ibrahim, M.Sc) merupakan pensiunan dosen di jurusan itu. Tanpa pikir panjang, saya langsung memilih Jurusan Teknologi Pendidikan UM sebagai pilihan kedua. Lalu untuk pilihan ketiga, saya sudah tidak memiliki referensi apa lagi yang harus dipilih. Akhirnya, saya secara "ngawur" memilih Administrasi Pendidikan UB. Dengan demikian pilihan saya menjadi (1) Pendidikan Sejarah UM, (2) Teknologi Pendidikan UM dan (3) Administrasi Pendidikan UB. Pengumuman kelolosan akan diumumkan sekitar akhir bulan April 2017.
    Keesokan harinya, saya ke kantin bersama teman-teman lainnya yang juga memilih SNMPTN tersebut. Kami membicarakan pilihan jurusan masing-masing dari kami. Saat tiba giliran saya berbicara, saya mengatakan bahwa saya memilih UM sebagai pilihan pertama dan kedua serta UB sebagai pilihan ketiga. Lalu teman saya lainnya mengatakan kepada saya bahwa dirinya baru saja melihat di internet bahwa kampus top seperti UB tidak ingin diduakan apalagi ditigakan. Saya yang tidak memiliki HP tentu saja tidak tau tentang info seperti ini dan merasa semua sudah terlambat. Tapi dalam hati saya berdoa kepada Allah agar keajaiban datang kepada saya. Teman-teman sayapun juga menyemangati saya bahwa keajaiban atau keberuntungan bisa terjadi kapan saja.
    Karena telat info seperti itu, saya mulai melihat peluang SBMPTN untuk masuk universitas negeri. Saya mulai keliling se-Kota Malang hanya untuk mencari brosur-brosur kuliah yang bisa saya ambil. Bahkan jika nanti saya tidak lolos SBMPTN, saya telah menyiapkan diri untuk masuk ke universitas swasta. Tapi sejujurnya saya tidak punya pilihan lain selain SNMPTN, karena saya tidak memilih sekolah kedinasan layaknya teman-teman saya lainnya. Sehingga saya berharap sangat besar agar dapat diterima melalui jalur SNMPTN.
    Singkat cerita, tibalah saat pengumuman SNMPTN tiba. Di hari sebelum pengumuman, saya tidak bisa tidur karena hanya memikirkan "Lolos atau Tidak". Pagi harinya saat hendak membuka portal pengumuman SNMPTN, tiba-tiba internetnya kembali putus. Putusnya itu selama berjam-jam. Akhirnya saya memutuskan untuk menemui teman-teman saya yang berkumpul di sekolah yang kebetulan sedang bermain Futsal. Saat itu saya diberitahu oleh mereka bahwa pengumuman masih dijadwalkan sekitar jam 2 siang. Sambil menunggu pengumuman itu, saya bermain futsal bersama teman-teman sampai dengan waktu Dhuhur. Kemudian saya sholat berjamaah di Mushola dan beristirahat sejenak sampai jam setengah 2 siang di Mushola. Setelah itu saya langsung pulang untuk melihat hasil pengumuman online-nya di rumah pada jam 2.
   Ketika saya membuka portal pengumuman SNMPTN, internet di rumah kembali bermasalah. Kini internetnya bukan putus melainkan tiba-tiba sangat lambat. Mungkin karena efek seluruh siswa SMA di Indonesia yang membuka portalnya secara bersamaan. Saya coba berulang kali, namun masih gagal tersambung. Akhirnya saya pasrah dan menunggu saja agak nanti sekitar jam 4 sore.
    Selama menunggu itu, hati saya benar-benar berdebar-debar. Saya benar-benar pasrah akan hasil yang diberikan nantinya, sambil berharap tetap bisa lolos melalui jalur ini. Saya kesulitan untuk tenang. Hingga akhirnya pada jam 4 sore lebih sedikit saya beranikan kembali membuka portal SNMPTN. Ketika membuka internet, alhamdulillah jaringannya kembali lancar. Saat membuka portal pengumumannya, tampilan tersebut berwarna hijau dan bertuliskan "SELAMAT!!! ANDA LOLOS JALUR SNMPTN PADA JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN".
    Sontak saya langsung senang bukan main. Saya langsung berlari ke arah Ibu dan memeluknya sambil berteriak senang bahwa saya lolos SNMPTN jurusan Teknologi Pendidikan UM. Ibu saya pun sangat senang dengan kabar tersebut. Ia lalu menyuruh saya untuk menelpon Bapak yang waktu itu masih kerja. Saat menelpon Bapak, ia sangat senang tapi sedikit bertanya "Tapi kamu kan keterimanya di Teknologi Pendidikan, bukan Sejarah. Apa kamu gak ingin ikut SBMPTN saja biar kamu bisa dapat peluang buat diterima Sejarah". Saya lalu menjawab "Sudah pak, ini rezeki yang tidak boleh saya tolak. Saya akan menerimanya dan memperjuangkannya dengan belajar". Lalu saya juga menghubungi eyang kakung dan eyang putri saya mengenai kelolosan SNMPTN di Teknologi Pendidikan UM yang kebetulan merupakan tempat eyang kakung saya mengajar dulu. Eyang kakung saya senangnya bukan main. Lalu ia mengatakan lewat telepon "Mugo ngko sok kowe isok neruske aku. Perjuangkan" atau artinya "Semoga nanti kamu bisa meneruskan saya. Perjuangkan". Saya yang mendengar itu sangat senang dengan motivasi seperti itu dan semakin bersemangat mempelajari Teknologi Pendidikan.
    Sejak saat itu, saya mulai sering meminta buku-buku berbau Teknologi Pendidikan yang eyang saya miliki untuk saya pelajari di rumah. Buku-buku itu sangat terasa manfaatnya karena bisa menunjang perkuliahan saya sampai sekarang ini. Saya melihat kembali ke belakang saat SMP dulu, bahwa saya pernah memiliki impian untuk masuk di SMAN 7 dan UM. Sayangnya saya gagal diterima di SMA Negeri 7 dan akhirnya bersekolah di SMA swasta. Tapi pada akhirnya alhamdulillah saya diterima melalui SNMPTN, yang berarti bisa diterima di UM tanpa melalui tes. Alhamdulillah impian kuliah waktu SMP dulu kini telah tercapai.

Untuk cerita selanjutnya, silahkan klik disini
         

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEP JAYA!!!