Secercah Harapan menuju Study Abroad

(Ekspresi Pengalaman Pribadi)



Rasa-rasanya, saya terlalu dini untuk menulis cerita ini. Karena postingan cerita ini ditulis disaat belum adanya pengumuman dari email saya. Tapi ada baiknya, saya menceritakan ini setidaknya bisa menjadi referensi bagi pembaca dalam rangka berjuang mencari beasiswa studi lanjut di Luar Negeri (LN). Karena banyak sekali pengorbanan yang harus saya pertaruhkan demi mewujudkan mimpi besar saya ini. Maka mari bisa dibaca sepenggal kisah saya berikut yang penuh dengan warna-warni.

Awal mula saya mulai tertarik dengan studi di LN sebenarnya dimulai sejak SD. Saat itu, saya masih ingat bahwa Alm. Eyang kakung selalu menceritakan pengalamannya saat bersekolah di Amerika dulu. Bahkan Kepala Sekolah SD saya waktu itu yang bernama Pak Pri (Alm) juga kagum dengan pengalaman eyang saya dan sering menceritakannya kepada saya. Saya ingat betul bahwa Pak Pri selalu mendorong saya agar punya mimpi yang besar. Bahkan ketika saya lulus SD, saya ditawari oleh Pak Pri untuk masuk Sekolah Internasional yang saat itu baru saja dibangun (namanya SMP Internasional Lab UM) dengan harapan kemampuan bahasa inggris saya bisa meningkat. Tapi pada saat itu, saya menganggap bahasa inggris semacam "teror". Maksudnya sejak dulu saya selalu kesulitan dalam belajar bahasa inggris. Jadi dalam bayangan saya, menghadapi mapel bahasa inggris saja sudah sulit apalagi semua mapel yang semuanya menggunakan bahasa inggris. Pada akhirnya, saya merasa pesimis untuk bisa studi di LN saat itu.

Saya sempat mengalami mental yang "down" dalam belajar bahasa inggris. Ini diakibatkan karena saat itu saya di-"bungkam" oleh guru bahasa inggris saya. Memang, sudah menjadi watak saya yang suka bertanya dan menjawab segala hal kepada siapapun, termasuk guru-guru. Saat itu mungkin karena saya kebanyakan bertanya, guru saya mengucapkan kata-kata yang membuat saya tersinggung, sehingga menyebabkan mental saya menjadi jatuh. Apalagi ditambah dengan nilai yang saya peroleh selalu buruk dan sering menerima panggilan ortu. Pada akhirnya selama SMP, saya benar-benar melupakan hal-hal yang berhubungan dengan studi di LN, termasuk bahasa inggris.

Untungnya saya selamat. Ketika masuk SMA, saya bertemu seorang anak yang bernama Geovanni Asandy. Dia biasa dipanggil Avan. Anak ini menurut saya luar biasa. Karena dia memiliki kemampuan bahasa inggris yang di atas rata-rata. Bahkan dia juga sering berkomunikasi dengan para turis yang sering mondar-mandir di jalanan sekitar sekolah. Melihat kemampuan yang luar biasa itu, saya jadi termotivasi kembali untuk bisa belajar bahasa inggris. Sayapun mencoba berkenalan dengan Avan dan mengungkapkan maksud tujuan saya ini. Avan pun bilang kepada saya "Kalau dari aku, kamu cukup berani speak aja hid. Mulai besok kalau kita ngomong wajib pake bahasa inggris". Akhirnya setiap kami komunikasi selalu menggunakan bahasa inggris. Di kantin, musholla atau bahkan di tempat umum sekalipun. Tak jarang kami juga dianggap "gila" oleh teman-teman atau beberapa guru yang mendengar percakapan kami. Pelan tapi pasti, saya sudah mulai bisa bercakap-cakap menggunakan bahasa inggris, walaupun kosa katanya masih banyak yang kurang.

Singkat cerita, saya diterima kuliah di Universitas Negeri Malang (UM) dengan jalur SNMPTN. Saya masih belum memiliki pikiran untuk bisa studi lanjut di LN. Hingga pada akhirnya, sekitar akhir semester 1, teman SMA saya yang bernama Terry membuat grup WhatsApp yang anggotanya kumpulan teman-teman saya sewaktu SMA dan diberi nama "Goes to Cambridge". Di grup inilah kami saling berbagi seputar informasi yang berkaitan dengan kuliah di LN. Dari situlah saya mulai mempelajari kembali tentang studi lanjut ini.

Singkat cerita, kita menuju akhir semester saya. Saat memasuki semester 7, secara kebetulan saya ada kumpul KKN sampai Maghrib. Sayapun menyempatkan diri untuk shalat Maghrib di Masjid UM. Setelah selesai shalat, saya duduk untuk istirahat sebentar di teras masjid. Secara kebetulan, saya bertemu dengan teman saya di UKM ASC UM yang bernama Citra (ini laki-laki ya guys). Kamipun bercerita panjang lebar, sampai pada titik dimana Citra mengungkapkan keinginannya untuk sekolah lagi di Australia. Diapun bilang kepada saya bahwa artikel-artikel yang selama ini saya publikasikan di sini, bisa menjadi peluang saya untuk lolos di LN. Mendengar itu menjadikan saya semakin termotivasi untuk studi lanjut di LN. Sayapun mulai menyadari betapa pentingnya belajar bahasa inggris itu yang sempat terlupakan di masa SMP.

Akhirnya, saya mulai mencari universitas-universitas di seluruh dunia yang ada kaitannya dengan Teknologi Pendidikan sebagai bidang saya di S1. Sayapun memilih Finlandia sebagai tempat yang dinomorsatukan karena katanya ada relevansi pemikiran Ki Hajar Dewantara di dalamnya. Namun, yang menjadi persoalan adalah persyaratan minimum dari universitas-universitas di Finlandia adalah IELTS 6.5 - 7.0. Sedangkan untuk melaksanakan tesnya sendiri, saya harus merogoh uang sebanyak Rp. 3 juta per tes. Karena saya tidak memiliki dana, akhirnya terpaksa saya tidak mengambil negara ini.

Suatu ketika, dosen saya yang bernama Pak Ence Surahman, mendapatkan kesempatan studi lanjut S3 di Taiwan dengan beasiswa. Melihat fakta itu, sayapun langsung mengontak beliau agar saya nantinya bisa diajari mengenai tips dan trik untuk keluar negeri. Beliau lalu menyarankan kepada saya untuk segera menyelesaikan skripsi saya terlebih dahulu, agar nanti pada saat mendaftar kelengkapan administrasinya bisa terpenuhi. Baru setelah selesai, kami akan bicara.

Singkat cerita, saya telah menyelesaikan skripsi saya. Sayapun segera mencari informasi seputar beasiswa di LN. Kebanyakan menginfokan bahwa harus belajar bahasa inggris terlebih dahulu. Akhirnya saya secara otodidak belajar bahasa inggris melalui sumber-sumber yang saya punya (utamanya Google dan YouTube).

Sekitar awal Agustus 2021 waktu malam, tiba-tiba saya mendapatkan chat dari Pak Ence. Beliau menanyakan apakah saya sudah pernah mengikuti kursus TOEFL. Saya jawab bahwa saya selama ini belajar secara otodidak dengan segala sumber yang saya miliki. Tak disangkanya, beliau mentransfer uang ke rekening saya dan meminta saya untuk mendaftarkan diri untuk ikut kursus TOEFL. Saya dalam hati berkata "Ini beneran pak? Alhamdulillah terimakasih", saking saya tidak percaya dengan kenyataan ini. Sayapun bergegas menuju ke ATM sekitar jam 9 malam yang jaraknya 5 km dari rumah saya (karena rumah saya kabupaten) dan mengirim sejumlah uang untuk registrasi kursus TOEFL tersebut. Sayapun akhirnya dapat kelas yang dijadwalkan mulai tanggal 16 Agustus 2021 selama dua minggu secara virtual.

Selama mengikuti kursus TOEFL tersebut, saya mempelajari banyak hal mengenai soal TOEFL. Mulai dari Subject, Verb, Conjunction dan sebagainya. Perlahan, sayapun mulai memahami maksud soal-soal ini. Tak lupa Pak Ence selalu menanyakan perihal kursus TOEFL yang saya jalani. Saya bilang kalau saya bisa mengikutinya dengan lancar. Pak Ence lalu memberikan tantangan kepada saya bahwa kalau hasil prediksi saya nanti bisa menembus angka 600, maka tes TOEFL yang asli akan dibayarkan beliau. Sebenarnya saya ragu menerima tantangan tersebut, mengingat skor TOEFL prediksi yang pernah saya peroleh sebelumnya masih di bawah 400. Tapi saya terima tantangan tersebut dengan tujuan agar saya semakin terpacu untuk mengembangkan kemampuan bahasa inggris saya.

Singkat cerita, ternyata saya mendapatkan skor 500. Sayapun menyampaikan hasil ini kepada Pak Ence. Beliau menyemangati saya untuk terus semangat berusaha dan berjuang.

Sebenarnya waktu itu juga banyak pekerjaan yang bisa saya ambil, seperti perancang pelatihan, pengembang kurikulum dsb di berbagai lembaga pemerintahan. Tapi karena saya sudah bertekad untuk fokus ke LN, maka saya tidak ambil semua pekerjaan tersebut. Saya hanya akan menerima undangan menjadi pembicara/instruktur/fasilitator baik pelatihan maupun webinar atau seminar yang cenderung tidak tetap. Ini semua saya pertaruhkan demi bisa mewujudkan mimpi yang sudah lama saya inginkan, yaitu study abroad.

Sayapun kembali mengikuti kursus bahasa inggris. Namun kali ini bukan kursus TOEFL, melainkan IELTS. Sayapun mendapatkan dananya dari orang tua saya yang juga support terhadap saya terkait masalah dana. Kebetulan biayanya juga murah (saat itu), sehingga saya bisa mengikutinya. Ternyata di luar perkiraan saya, prosesnya jauh lebih sulit ketimbang TOEFL yang sebelumnya saya ikuti. Akhirnya pada saat tes prediksi dimulai, karena kesulitan, saya "terpaksa" menyontek dari kunci jawaban yang diberikan. Itupun hasil yang keluar saya mendapat skor 6.5. Dalam hati saya berkata "Ini saya nyontek saja hanya dapat segini, apalagi ketika dites beneran". Akhirnya saya fokus untuk mengembangkan TOEFL saja.

Lalu pada bulan November 2021, ada pengumuman mengenai penyelenggaraan TOEFL oleh ETS yang bisa diikuti secara online. Sayapun berminat untuk mengikutinya dan menanyakan berapa biaya yang harus dikeluarkan. Biaya totalnya sebanyak Rp. 600 ribu. Saat itu, saya lagi sepi job pemateri, sehingga belum ada pemasukan sama sekali. Sehingga saya berinisiatif untuk meminjam sementara uang dari Ibu saya, karena sudah banyak dukungan dana yang diberikannya. Namun Ibu saya bilang kalau saya harus fokus belajar saja, jangan pedulikan dengan uangnya. Sayapun berdoa kepada Allah semoga Ibu saya dilimpahkan nikmat sehat dan rezeki.

Sayapun mulai mengikuti tes TOEFL secara online. Saya diminta panitia untuk menata kamar saya sedemikian rupa, sehingga mengurangi potensi contek menyontek. Akhirnya setelah ditata, saya pun mulai mengikuti tes. Saya mulai mengerjakan soal satu per satu. Hingga akhirnya tepat selama 2 jam, saya berhasil menyelesaikannya. Hasil akan diumumkan dua minggu kemudian.

Dua minggu telah berlalu, kiriman paketpun datang. Saya mendatanginya lalu menandatangani paket tersebut. Paket tersebut berisi hasil skor TOEFL saya. Setelah dibuka, ternyata saya hanya mendapatkan 457. Di situlah saya mulai benar-benar merasa down. Karena saya sudah keluar banyak uang, bahkan dibayari lagi, tapi pada kenyataannya saya masih belum bisa mendapatkan skor yang memenuhi standar beasiswa, bahkan dalam negeri sekalipun. Saya hanya bisa melamun di dalam kamar sambil melihat skor TOEFL saya yang kurang memuaskan ini. Saya benar-benar gagal kali ini.

Saya benar-benar menyerah. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Yang saya lakukan hanyalah menulis buku sebagai hobi saya untuk mengurangi kesedihan yang saya alami. Saya juga hanya termenung di depan Televisi (Laptop) yang kebetulan menyiarkan siaran langsung sepakbola. Saya merasa bahwa ini sudah tidak ada gunanya lagi. Saya hanya memandangi beberapa catatan yang pernah saya tulis mengenai study abroad dan mengatakan dalam hati bahwa "Ini hanya mimpi yang tidak berguna". Saya benar-benar bersedih, namun tidak mengeluarkan air mata.

Di saat kesedihan yang saya alami itu, tiba-tiba Pak Ence menghubungi saya dan menanyakan apakah saya sudah pernah ikut tes TOEFL secara resmi? Saya menjawab bahwa sudah dan saya lampirkan transkrip hasilnya yang kemarin. Beliau lalu mengomentari bahwa kekurangan utama saya di Listening (Mendengar), sehingga disarankan untuk perbanyak menonton video YouTube tentang bahasa inggris. Beliau kemudian tiba-tiba mengatakan "Kalau kamu sudah siap, nanti kabari saya. Saya akan bayarkan semua biaya tes TOEFL dari ETS nya". Melihat chat itu, saya sangat terkejut. Saya secara spontan bertanya "Ini beneran pak?". Beliaupun mengiyakan. Sayapun bersyukur sekali karena masih diberikan kesempatan itu.

Akhirnya semangat saya kembali tumbuh. Saya kembali melihat banyak peluang beasiswa di luar sana. Ternyata banyak juga beasiswa yang tidak mewajibkan TOEFL. Tiba-tiba saya teringat dengan rumus Probabilitas yang diajarkan sewaktu SMA dulu. Rumus ini menyatakan bahwa semakin banyak kita memasukkan, maka kemungkinan dapatnya juga semakin besar. Sederhananya seperti itu.

Sayapun kepikiran untuk menggunakan strategi ini dalam mendaftar beasiswa. Selama ini saya cenderung menunggu TOEFL sampai 550 dahulu, baru mendaftarkan beasiswanya. Ternyata itu tidak berdampak apa-apa untuk saya. Karena skor saya masih tetap diangka kurang dari 500. Kalau saya menggunakan Probabilitas berkaitan dengan ini, maka saya sedang mencari peluang yang memungkinkan untuk diterima beasiswa.

Maka, saya memiliki strategi probabilitas ini. Saya mulai mendaftarkan sebanyak-banyaknya beasiswa di berbagai negara yang tidak mewajibkan TOEFL. Eropa dan Asia semua saya cobakan. Saya tidak lagi fokus seperti dulu yang hanya berpatokan satu negara, tapi semua negara yang tidak mewajibkan TOEFL saya daftarkan. Di samping mendaftar banyak beasiswa, saya juga mempersiapkan bahasa inggris kembali dengan mengikuti sebanyak-banyaknya Tes TOEFL Prediksi, sebelum menghadapi Tes TOEFL ETS. 

Saya mulai mendaftar banyak beasiswa. Hungaria, Turki, dkk saya coba semuanya. Saya tidak peduli apakah nanti lolos atau tidak, yang penting saya sudah mencoba. Sayapun juga mengikuti kursus beasiswa yang biayanya cukup terjangkau dan membayar sendiri karena kebetulan lagi ada uang tanpa sepengetahuan ortu saya. Dari situ saya akhirnya banyak belajar, mulai dari cara submit hingga menyusun motivation letter. Saya juga mendaftarkan diri di S2 Teknologi Pembelajaran UM, jaga-jaga kalau ternyata semuanya tidak lolos. Alhamdulillah untuk yang UM, saya berhasil diterima sebagai mahasiswa magister.

Di samping itu, saya juga setiap hari menyempatkan waktu untuk belajar TOEFL. Karena tiap minggu saya mendaftar Tes TOEFL Prediksi. Dari situ saya mulai ada perkembangan. Dari yang awalnya masih dapat 420, 430, 450 hingga akhirnya  mendapatkan 500. Ketika saya mendapatkan hasil prediksi 500 itu, sayapun mulai menghubungi Pak Ence dan menyatakan siap mengikuti Tes TOEFL ETS. Akhirnya beliau mentransfer uangnya, lalu saya bergegas mencari lembaga TOEFL yang mengadakan tes dengan waktu yang terdekat. Akhirnya saya memutuskan untuk melaksanakan tes di Balai Bahasa UM.

Sayapun bergegas sendirian ke Balai Bahasa UM dan menanyakan perihal pelaksanaan tes TOEFL nya. Ternyata saya paling bisa ditentukan tanggal 9 Juni 2022. Sekarang masih awal Mei 2022. Sehingga saya ada waktu satu bulan buat mempersiapkan itu semua.

Saya mulai banyak belajar bahasa inggris semaksimal yang saya bisa. Saya mengundang teman saya, Dhimas, untuk ikut serta menjadi peer learning saya. Saya juga banyak membaca buku ataupun jurnal yang berbahasa inggris untuk melatih kemampuan Reading dan Structure saya. Lalu mendengarkan musik dan Youtube untuk melatih Listening. Saya juga melatih diri untuk menulis bahasa inggris tanpa bantuan mesin translator. Semua itu saya  lakukan demi mendapatkan hasil yang maksimal. Saya tidak ingin mengecewakan beliau untuk kedua kalinya.

Tibalah saat hari tes tiba. Saya insya Allah sudah siap menghadapi segala konsekuensi soal yang akan keluar. Ini adalah pengalaman kedua saya, tapi kali ini secara tatap muka. Saya berdoa kepada Allah agar diberikan hasil yang maksimal. Ketika tes berlangsung, alhamdulillah saya bisa mengerjakan semua soalnya. Saya diminta menunggu pengumuman hasilnya pada akhir bulan Juni.

Singkat cerita, tibalah pada akhir Juni. Saya bergegas menuju balai bahasa untuk melihat hasil skor saya. Setelah tiba, saya kaget karena ternyata saya hanya mendapatkan skor 430. Jauh menurun dibandingkan dengan sebelumnya. Padahal saya sudah mati-matian mempersiapkan itu semua. Di samping itu, saya mendapat email bahwa dari kedelapan beasiswa yang sudah saya daftar, semuanya menolak saya. Jadi lagi-lagi semua yang sudah saya usahakan kembali gagal.

Saya pun menuju motor yang sudah menemani perjuangan saya, lalu saya berjalan tidak tentu arah. Saya menyetir sambil melamun meratapi semua kegagalan saya ini. Saya tidak tau harus berbuat apa lagi. Saya telah mengecewakan orang-orang yang sudah mempercayai saya selama ini. Saya ke Masjid UM untuk mencari ketenangan dari semua yang saya alami ini.

Setelah tenang, saya kemudian menuju ke Makam alm Eyang kakung saya. Di sana saya melihat batu nisan yang bertuliskan "H. Ibrahim, M.Sc". Saya memandangi gelar "M.Sc". Ini adalah salah satu gelar studi LN yang saya idam-idamkan. Saya mendoakan semoga Eyang Kakung tenang dan tidak merasakan apa yang saya rasakan ini. Karena saya (mungkin) telah mengecewakan Eyang Kakung yang selama ini selalu membanggakan diri saya kepada banyak orang.

Sepulangnya dari Makam, saya menuju kamar untuk beristirahat sejenak serta melamun untuk meratapi kegagalan saya. Sayapun menyalakan musik di HP. Kebetulan judul lagunya adalah "Melangkah Lagi" yang dibawakan oleh Gita Gutawa, penyanyi indonesia favorit saya sejak kecil. Dalam satu liriknya dinyanyikan "Melangkah lagi, jangan berhenti... Kau kan sadari... Rahasia indah yang tersimpan di hari nanti... Teruslah melangkah.... jangan menyerah". Setelah mendengar kata tersebut, saya mulai menyadari bahwa saya tidak boleh berhenti sampai di sini saja. Saya kembali teringat bahwa semua yang sudah saya capai selama ini merupakan hasil kerja keras yang tak pernah berhenti. Kalau saya berhenti, maka habislah sudah. Akhirnya saya menemukan kembali kepercayaan diri saya berkat lagu tersebut dan mulai mencari beasiswa dengan strategi probabilitas tadi.

Sampailah akhirnya saya menemukan dua beasiswa yang sekiranya bisa saya masukkan dan tanpa menggunakan TOEFL. Beasiswa tersebut adalah UBD Scholarship untuk ke Brunei dan MEAT untuk ke Rumania. Sayapun melihat persyaratan dari kedua beasiswa tersebut. Ternyata ada syarat yang belum saya penuhi, yaitu Surat Kesehatan dan SKCK. Saya mulai dengan mengurus Surat Kesehatan di Poliklinik UM. 

Setelah dinyatakan sehat dan bugar, kemudian saya mengurus SKCK di Polres. Karena rumah saya yang merupakan Kabupaten, maka saya harus mengurus SKCK di Polres Kepanjen yang jaraknya 20 km dari rumah saya. Setibanya di sana, saya bertanya apakah bisa mengurus SKCK khusus untuk LN. Ternyata polres itu hanya bisa memberikan surat rekomendasi yang harus saya bawa dan antar sendiri ke Polda Jatim di Surabaya. Sayapun menyanggupi ketentuan tersebut.

Selama 2 hari saya mengurus surat rekomendasi dari Polres menuju Polda (Sebenarnya 1 hari saja sudah bisa, namun karena kadang saya tidak lengkap secara administrasi saja hehe). Setelah mendapat surat rekomendasi tersebut, saya pun merencanakan untuk ke Polda pada hari senin pagi dengan menaiki bus.

Pada hari seninnya saya menuju Polda Jatim. Sesampainya di Polda jam 8 pagi, saya langsung menuju dalam layanan administrasi yang berkaitan (Intelkam). Akhirnya setelah semua clear dan saya tidak memiliki catatan kriminal apapun, saya diminta untuk menunggu sampai jam 10. Selama menunggu, saya sempatkan shalat Dhuha di masjid Polda sembari melihat pemandangan yang ada di Polda. Akhirnya, SKCK saya sudah jadi tepat jam 10, sekalian saya legalisir. Setelah itu saya kembali ke Malang dengan naik bus dan sampai jam 12 siang.

Kemudian setelah itu, saya menyusun proposal riset sebagai syarat untuk mendaftar kedua beasiswa tersebut. Tepat pada 31 Juli 2022 (Deadline), proposal (berupa artikel) saya sudah jadi dan siap untuk disubmit. Semua form aplikasi, surat dkknya saya submit untuk mendaftarkan diri di Brunei dan Rumania. Sayapun berdoa semoga kali ini saya bisa mendapatkan keberuntungan.

Pada 15 Agustus 2022, saya mendapatkan email dari salah satu Lecturer di UBD Brunei. Email tersebut menyatakan ketertarikannya terhadap proposal riset saya. Saya diminta untuk mengirimkan proposal secara utuh dengan tenggat waktu sampai pada 17 Agustus 2022 sebagai bahan pertimbangan kelolosan saya. Hal ini karena sebelumnya saya mensubmitnya berupa artikel sebagaimana format sebelumnya. Akhirnya dengan bimbingan Pak Ence, saya mulai menyelesaikan proposal tersebut.

Tepat pada 17 Agustus 2022, sehabis PKKMB UM (Ospek), saya langsung membuka Laptop saya untuk mensubmit proposal yang telah jadi di Email. Akhirnya proposal saya berhasil terkirim ke lecturer tersebut.

Selama itu saya menunggu keputusan dari UBD Scholarship mengenai kepastian saya. Pada Senin, 29 Agustus 2022 jam 20.00 WIB, saya mendapatkan kiriman email dari lecturer tersebut. Dalam email tersebut saya diminta mempersiapkan diri karena saya lolos ke tahap wawancara yang akan diselenggarakan pada Selasa, 30 Agustus 2022 jam 02.50 pm waktu Brunei.


Sontak saya senangnya bukan main. Saya sangat gembira sekali mendengar pengumuman itu. Walaupun belum lolos secara pasti, tapi setidaknya saya telah berhasil mencapai tahap wawancara yang belum tentu semua orang bisa mencapainya. Orang tua dan adik-adik saya juga ikut senang dan siap sedia membantu saya mempersiapkannya. Sayapun meminta izin ke Pak Dedi (Dosen saya) untuk tidak mengikuti kuliahnya pada hari selasa dikarenakan wawancara tersebut. Pak Dedi juga senang mendengar kabar saya dan mendoakan semoga saya diberikan kelancaran selama wawancara. Beliau juga mengizinkan saya untuk tidak kuliah di hari selasa tersebut. Begitupun dengan Pak Ence yang juga senang dengan kabar tersebut dan mendoakan semoga lancar.

Sayapun mulai mempersiapkan banyak hal. Jujur saya saat itu sangat deg-degan. Ini pertama kalinya saya lolos wawancara beasiswa. Saya pun menghubungi Jasmine (teman saya yang memiliki pengalaman banyak ttg beasiswa) dan meminta untuk membantu saya dalam mempersiapkan semua ini. Dia pun bersedia membantu dengan menjadi penanya dalam simulasi wawancara.

Semua sudah saya persiapkan. Latihan dengan Jasmine juga berjalan dengan lancar. Akhirnya tinggal menghadapi the real ujian sesungguhnya, yaitu wawancara beasiswa UBD. Selama itulah, saya deg-degan luar biasa menjelang wawancara tersebut.

Wawancarapun dimulai. Pewawancara menanyakan 3 hal kepada saya, yaitu (1) mengapa memilih brunei, (2) apa hubungan bidang S1 dengan yang saya ambil dan (3) selama ini bagaimana keaktifan saya. Alhamdulillah semua pertanyaan tersebut bisa saya jawab dengan lancar. Saya juga tidak segan untuk menunjukkan hasil karya saya berupa buku yang salah satunya berjudul "Media Pembelajaran Abad 21". Pewawancara juga merasa sangat jelas dengan jawaban saya. Sayapun diminta untuk menunggu pengumuman hasil akhir berikutnya.

Setelah wawancara selesai, saya merasa lega. Di samping lega karena selesai wawancara, saya juga lega karena akhirnya setelah sekian lama saya berjuang habis-habisan, ini adalah tahap tertinggi yang pernah saya capai. Saya bersyukur Alhamdulillah karena saya masih bisa bertahan hingga sejauh ini. Saya tinggal menunggu pengumuman hasil akhirnya saja.

Untuk itu, saya memohon doa dari pembaca sekalian agar saya bisa mendapatkan kesempatan emas ini. Karena saya tinggal selangkah lagi bisa mendapatkan mimpi yang selama ini saya inginkan. Semoga kali ini saya bisa beruntung. Aamiin Ya Rabbal Alamin.

Kalaupun nanti saya tidak lolos lagi, maka saya akan berjuang lagi sampai titik darah penghabisan. Layaknya pahlawan di masa lalu, walaupun saya ini bukan pahlawan. Mohon doanya teman-teman :D

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Series #1

TEP JAYA!!!