Kisah Masa SMP

Masa SMP, Pengalaman yang Jangan sampai Terulang lagi
(Tulisan ini hanyalah berdasarkan pengalaman pribadi. Tidak bermaksud untuk meninggikan diri)

Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Setiap insan manusia pasti pernah merasakan pengalaman yang buruk. Begitupun dengan saya. Pada saat SD, saya mendapat nilai UN yang sangat baik dan berpeluang masuk SMP favorit saya, yaitu SMP Negeri 18. Dalam bagian profil diri telah disebutkan beberapa hal tentang pengalaman burukku saat masih menginjak SMP. Pada bagian ini saya akan menceritakan lebih lanjut masa SMP saya....
Pada awalnya, ketika saya masuk SMP Negeri 18, saya sangat senang. Saya senang karena anak-anak yang masuk SMP Negeri itu (tidak hanya SMP Negeri 18 saja) adalah anak-anak pilihan yang terpilih melalui seleksi yang rumit. Dari situlah saya merasa ada kebanggaan pada diri saya (kebanggaan dsini konotasinya ada kesombongan dalam hati saya)..
Ternyata, ketika waktu berjalan setiap hari setiap bulan setiap tahun, justru saya seperti tidak bisa apa-apa. Nilai saya selalu buruk. Baik saat tugas, saat ulangan harian, UTS hingga UAS. Apalagi saat memasuki semester 2, saya selalu berdebar-debar ketika mau kenaikan kelas. Karena saya pada saat itu selalu merasa menjadi salah satu kandidat calon anak yang tidak naik kelas pada tiap tahunnya, sehingga pembaca yang budiman pasti tahu rasanya jika seperti saya. Namun, Alhamdulillah saya selalu naik, meski saya masih merasa saya naik karena nilai yang ditambahkan oleh wali kelas saya untuk menyelamatkan saya...  
Saya selalu merasa kesulitan di setiap mata pelajaran yang saya hadapi, khususnya pelajaran eksakta (berhitung) seperti Matematika, Fisika dan Biologi. Saat itu saya selalu menganggap bahwa gurulah yang mengajarnya tidak benar sehingga saya jadi seperti ini. Ternyata saya sadar bahwa anggapan itu salah ketika saya sudah memasuki masa SMA apalagi kuliah, dimana saya sering mempelajari karakteristik guru melalui beberapa mata kuliah. Ketika SMA pun saya baru sadarnya saat kelas 3 SMA. Saya sadar bahwa itu kesalahan diri saya yang tidak mau berusaha untuk bisa menguasai mata pelajaran tersebut.  Mungkin bisa saya ceritakan itu lain kali.
Imbas dari kesulitan tersebut adalah saya sering mendapat nilai 30, 40, 50 hingga 20. sangat jarang saya mendapat nilai di atas 50. Hingga saat UTS, nilai saya di hampir semua mata pelajaran hanya satu yang di atas 50, itupun tidak sesuai dengan KKM (Ketuntasan Kompetensi Minimal). Akhirnya orang tua saya selalu di panggil setiap tahunnya pada saat sesudah UTS dan menjelang UAS. Bahkan masih teringat dibenak saya, bahwa pernah dikatakan oleh guru saya "Kalau nilainya begini terus, bisa tidak naik kelas" sontak saya jadi sempat takut. Walaupun akhirnya saya tetap dinaikkan.
Dari situlah saya sering dicap oleh teman-teman saya sebagai anak yang tidak pintar. Sehingga saya ketika berpendapat sering tidak didengarkan. Selain itu, saya sering kesulitan mencari kelompok bila guru memberikan tugas kelompok. Namun, meski begitu, beberapa dari teman saya ada yang tidak seperti itu. Mereka tetap memberi dukungan kepada saya. Hanya saja, saya saat itu tetap tidak memiliki kemajuan...
Untuk menghibur diri saya, saya sering mengikuti lomba yang diadakan oleh sekolah saya. Kebanyakan dari lomba itu adalah yang bersifat keagamaan. Mulai dari lomba membaca Al-Qur'an, lomba kaligrafi, hingga menghafalkan surat-surat pendek. Namun saya selalu kalah. Saya baru bisa menang pada saat sekolah saya menyelenggarakan lomba pidato agama. Saat itu alhamdulillah saya mendapat Juara 3 tingkat sekolah, meski nama dalam sertifikat saya salah.
Dampak dari buruknya nilai saya sangat terasa. Ketika mencari SMA, saya sangat kesulitan mencari SMA yang mau menerima saya sebagai siswa baru. Baik itu negeri maupun swasta. Akhirnya setelah mencari-cari begitu lama, saya tiba-tiba teringat kalau saya pernah memungut brosur yang dibuang di jalan. Brosur itu berisi pembukaan pendaftaran siswa SMA "Islam" Malang. Akhirnya saya mencoba mendaftar sekolah tersebut sebagai studi lanjut saya. Alhamdulillah saya diterima.
Sejak saat itulah saya berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Saya banyak belajar dari pengalaman saya tersebut. Saya masih berharap sampai sekarang agar pengalaman buruk itu tidak terulang lagi dan tujuan saya benar-benar tercapai ke depannya. Tulisan ini saya buat sebagai refleksi untuk diri saya, bahwa saya jangan menjadi sombong ketika tujuan saya telah tercapai, karena kedepannya saya tidak tahu apa yang akan terjadi setelah semua hal yang saya inginkan tercapai. Masih ada target kedepan yang harus saya kejar dan itu harus lebih baik dari target sebelumnya.
Demikian sedikit curhat dari saya. Semoga bermanfaat. Apabila ada salah kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Terimakasih    
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Zahid Zufar At Thaariq
Mahasiswa 
Prodi S1 Teknologi Pendidikan 
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Malang 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Series #1

TEP JAYA!!!