Edisi Wisudawan Terbaik

WISUDAWAN TERBAIK 3:
Penyesalan yang Tidak Disesalkan

Pada 19 Maret 2022, alhamdulillah saya telah diwisuda dalam program Sarjana. Saya memperoleh sarjana dalam bidang Teknologi Pendidikan. Alhamdulillah saya mendapatkan predikat sebagai wisudawan terbaik 3 non akademik se-Universitas Negeri Malang. Saat berada di Graha Cakrawala dan duduk di salah satu kursinya, saya kembali mengingat masa lalu saya dengan berbagai pengalaman yang sungguh campur aduk. Saya memandangi kembali halaman dari Gedung Graha Cakrawala sambil mengingat kembali ke masa lalu seakan-akan tidak percaya bahwa saya sekarang ini berhasil lulus yang bahkan bisa bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa hebat dari berbagai penjuru Indonesia yang kuliah di UM. Sebuah takdir yang diberikan oleh Allah secara tak terduga kepada saya. Semoga saya bisa selalu berkembang ke depannya.

Pada 3 Agustus 2017, saya untuk pertama kalinya masuk ke Gedung Graha Cakrawala UM. Tapi saat itu bukan karena mengikuti PKKMB (istilah ospek kampus saya), tapi karena adanya undangan untuk seluruh mahasiswa baru (Maba) UM 2017, bahwa para maba 2017 saat itu diminta menyemarakkan penutupan MTQMN 2017 di Graha Cakrawala. Saya menapaki kaki ke gedung Graha Cakrawala dengan atmosfer yang luar biasa. Meskipun saya hanya sebagai penonton saja, tapi atmosfernya membuat semangat saya semakin membara. Saya makin tidak sabar kuliah di UM. Apalagi saat tau seorang penyanyi terkenal, yakni Fatin Shidqia Lubis, yang selama ini hanya bisa saya lihat lewat TV juga diundang di Graha Cakrawala. Momen itu saya abadikan dalam bentuk video pada saat nyanyi (bisa cek di IG saya).

Sebagaimana cerita sebelumnya, saya bukanlah siswa yang pintar saat sekolah dulu. Saya dulu sering dicap "siswa gagal" dan "suka cari perhatian" oleh guru-guru dan teman-teman saya dulu. Waktu SMA, nilai saya berhasil naik. Namun karena cara komunikasi saya yg tidak biasa membuat saya tetap dicap kurang sama teman-teman saya dahulu. Dulu saya juga sempat berjualan souvenir keliling rumah-rumah dengan berjalan kaki bersama teman-teman untuk mencari uang di samping memenuhi tugas sekolah. Saya telah mengalami pasang surut kehidupan selama saya sekolah dulu.

Ketika berhasil mendapatkan kesempatan berkuliah di UM melalui SNMPTN, saya sebenarnya tidak menyangka sama sekali. Karena pengalaman yang pernah saya ceritakan pada postingan sebelumnya. Tapi saya mensyukurinya karena berhasil lolos setelah bersaing dengan puluhan ribu calon mahasiswa di seluruh Indonesia. 

Saat PKKMB 2017 dimulai, saya melangkahkan kaki di gedung Graha Cakrawala untuk kedua kalinya. Saya hanya berharap satu, bahwa semoga pengalaman "buruk" yang saya alami sewaktu SMP tidak terulang kembali saat kuliah ini. Saya juga berdoa bahwa semoga kuliah nanti saya bisa jauh lebih baik ketimbang masa sekolah dulu. 

Dan ternyata perlahan tapi pasti alhamdulillah saya berhasil mendapatkan banyak prestasi selama kuliah. Saya juga banyak mempublikasi artikel-artikel ilmiah bereputasi nasional dan internasional selama kuliah. Sebuah capaian yang tidak saya sangka sebelumnya.

Hingga pada akhirnya ada tawaran untuk mendaftar Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) dari pihak jurusan kepada saya pada 2019. Sejujurnya saya merasa tidak pantas untuk mendaftar penganugerahan tersebut. Karena mengingat track record saya sebelumnya yang kurang bagus dalam hal akademik pada saat sekolah. Sehingga saya mendaftar, namun "tidak niat" karena hal tersebut.

Kemudian saya semakin giat mengikuti perlombaan-perlombaajn karya ilmiah. Alhamdulillah banyak diantaranya mendapatkan gelar juara. Karena itulah, pada 2020 saya ditawari kembali untuk berpartisipasi dalam seleksi Mawapres untuk kedua kalinya. Namun keraguan saya justru semakin bertambah. Saya tidak tau alasannya apa, tetapi dalam yang jelas saya ragu. Akhirnya saat pengumpulan berkas, saya hanya mencantumkan 6 prestasi saja (2 prestasi nasional, 1 finalis nasional dan 3 prestasi internasional). Benar saja, akhirnya saya berada di posisi 4 dan hanya terpaut 1 poin dengan yang di posisi 3. Otomatis saya tidak lolos menjadi Mawapres untuk kedua kalinya.

Setelah tidak lolosnya saya tersebut, Mbak Risma (rekan lomba saya) menghubungi saya dan memarahi diri saya kenapa saya tidak niat mendaftar Mawapres. Jujur saat itu saya mengatakan bahwa saya masih belum punya motivasi kenapa saya harus mendaftar mawapres. Dia mengatakan kepada saya bahwa sekarang kesempatan saya tinggal Wisudawan terbaik, jadi saya harus mempersiapkannya sebaik mungkin. Dia berharap bahwa saya bisa menjadi yang terbaik berapapun peringkatnya di UM nanti. Tapi tetap saja, saya masih belum punya motivasi kenapa harus mencoba untuk menjadi yang terbaik.

Selama itulah saya merenungkan kenapa saya harus mendaftar penganugerahan seperti itu. Dalam pikiran saya saat itu, memberikan yang terbaik saja sudah cukup kenapa harus repot-repot bersaing menjadi yang terbaik. Hingga pada akhirnya, Eyang kakung saya meninggal tepat pada Jum'at, 25 Desember 2020. Saya sangat bersedih atas kehilangannya karena selama ini beliau selalu memotivasi saya untuk berkembang dengan cara mendidik yang menurut saya unik. Beliau sering menceritakan pengalaman hidupnya, sehingga benar-benar membuat saya terinspirasi untuk berkembang lebih jauh. Itulah sebabnya saya sempat menulis cerita tentang beliau dengan judul "Eyang Kakung: Sumber Utama Inspirasi Kehidupanku".

Sejak meninggalnya beliau, saya mulai sadar kenapa saya harus mencoba untuk menjadi yang terbaik. Eyang kakung dulu selalu bercerita tentang diri saya di hadapan teman-temannya yang sepuh-sepuh. Bahkan saat saya terpurukpun, beliau selalu memotivasi saya bahwa saya bisa terus menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya. Saat saya dicap karena kegagalan saya waktu SMP, eyang selalu membela saya bahwa saya adalah seseorang dengan semangat belajar yang tinggi. Sebuah kata yang tabu untuk ukuran saya saat itu.

Karena renungan itulah membuat saya akhirnya memiliki motivasi kenapa saya harus mencoba untuk menjadi yang terbaik. Saya akan membayar kepercayaannya selama ini. Saya ingin membuktikan bahwa saya bisa menjadi yang terbaik. Dan atas rahmat Allah, selama menunggu wisuda saya banyak diberikan kesempatan seperti membuat buku referensi, artikel ilmiah bereputasi, mengajar kepada guru-guru terkait pembelajaran, membuat hak kekayaan intelektual dan masih banyak lagi. 

Dengan banyaknya bekal yang saya dapat, saya cobakan untuk mendaftar wisudawan terbaik. Saya tahu ini berat karena bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa berprestasi di seluruh UM. Sehingga saya tidak berekspektasi lebih untuk menjadi nomor 1 di UM. Tapi yang jelas kali ini saya lebih "niat" daripada saat mendaftar mawapres dulu.

Akhirnya pada saat pengumuman, saya meraih peringkat 3 terbaik se-UM dan peringkat 1 terbaik FIP. Sebuah capaian yang sama sekali tidak pernah saya sangka-sangka. Saat di gedung Graha Cakrawala, saya kembali mengingat masa lalu yang tentunya diwarnai dengan banyaknya kegagalan yang saya alami. Saya masih tidak percaya bahwa saya bisa lulus di UM dengan predikat terbaik. Karena UM merupakan salah satu kampus keguruan terbaik di Indonesia. Saya juga sebenarnya ingin Eyang kakung saya melihat momen saya ini. Cucu pertama yang selama ini selalu beliau ceritakan kemana-mana, bisa meraih predikat terbaiknya selama kuliah di UM.

Saya hanya berharap semoga setelah saya lulus ini, saya bisa mendapatkan yang lebih baik lagi. Untuk itu saya memohon doa dari pembaca sekalian, agar saya bisa konsisten melakukan yang terbaik. Aamiin.

Terimakasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Series #1

TEP JAYA!!!