Seorang Gurunya Guru

GURU PERLU GURU

Jika yang membaca tulisan ini adalah seorang guru, saya hendak bertanya. Siapakah anda? Apa tanggung jawab anda?? Bagaimana anda memenuhi tanggung jawab itu?? Fungsi anda apakah?? Seberapa berkesannya anda dihadapan murid?? Apa ucapan anda pertama kali kepada murid?? Dan bagaimana cara anda menghadapi murid yang bervariasi??. Seorang guru yang profesional akan dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan penuh percaya diri dan berkepentingan pada perkembangan murid. Tapi guru yang kurang, maka ia akan menjawabnya dengan jawaban layaknya seorang penunggu interview kerja yang kurang persiapan menghadapi HRD.
 
Sekarang mari kita bahas kasus belakangan ini terjadi. Pandemi COVID-19 yang membuat sekolah menjadi daring. Banyak yang berkeluh kesah. Berita dimana2 menyebarkan "aib" sebagaimana biasanya. Istilah benturan karakter dg teknologi dimana2. Webinar2 banyak menyampaikan sisi "kuantitas" dengan adanya daring, namun mengesampingkan "kualitas". Orang akan belajar hanya ketika mereka butuh. Siswa yang mengerjakan tugas dengan keterpaksaan, bukan "gairah" pikirannya. Gairah pikiran yang terkotak-kotak. Bagaimana kita bisa mencapai visi Indonesia Emas 2045 kalau mindset seperti itu masih terus digaungkan. Buat apa kita membicarakannya??

Istilah sekarang yang terkenal adalah "kita sukses bukan karena sekolah". Siapa yang membuat istilah itu? Bagaimana istilah itu bisa menyebar kemana-mana? Siapa yang harus disalahkan? Karena kenyataannya, "pembuat" istilah itu menyatakan dirinya sukses. Tentu ini sebenarnya menjadi renungan bagi pendidikan kita.

Sampai kapan kita akan membuat murid menjd "patuh" secara intelektual? Kita perlu ingat bahwa diatas langit masih ada langit. Hidup selalu berubah dan tidak pernah abadi. Lalu buat apa kita memberikan "keabadian" kepada murid-murid. Dimana murid-murid kita jelas membutuhkan "kesemrawutan".

Saya berasumsi bahwa sekarang ini, tidak hanya sekadar murid yang membutuhkan guru. Tapi guru juga memerlukan gurunya. Karena bagaimana guru bisa berkembang kalau tidak memiliki gurunya?

Untuk itulah, izinkan saya mengenalkan teknologi pendidikan sebagai jawaban mutlak dari itu semua. Karena ada banyak hal yang perlu guru ketahui, namun tidak bisa karena terhalang "peraturan". Marilah jadi generasi lifelong learning, walaupun "dia" meminta keterbatasan. 

Teknologi Pendidikan untuk kemajuan Indonesia





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Series #1

TEP JAYA!!!