Belajar Beasiswa

Belajar dari Beasiswa Pengusaha Start Up

Zahid Zufar At Thaariq

Tulisan ini akan bersifat singkat, namun ada kesan mendalam yang ada di dalamnya. Tepatnya pada 21 Januari 2020, saya untuk keenam kalinya mendaftar beasiswa yang dimiliki oleh salah satu pengusaha start up. Terdapat pembelajaran yang saya rasakan ketika bersaing dalam beasiswa tersebut. Meskipun akhirnya saya gagal, tapi tak apalah untuk mencari pengalaman ke depannya.

Saat itu saya sedang menempuh awal semester 6. Saya alhamdulillah memiliki portofolio yang setidaknya bisa bersaing. Itulah mengapa, saya berani mendaftarkan diri pada beasiswa tersebut. Tak pelak, saya juga merasa minder dengan teman-teman lain yang juga mendaftar. Karena mereka dibekali dengan banyak prestasi mentereng dan pengalaman. Tapi ketakutan itu saya lawan dengan meyakinkan diri sendiri bahwa saya pasti bisa.

Dari sekian pertanyaan yang dilontarkan dalam online form itu, ada satu pertanyaan yang membuat saya kesulitan untuk menjawab. Pertanyaannya adalah "Siapa tokoh pemuda idola anda yang ingin anda jadikan mentor?". Saya tentu bingung bagaimana menjawab pertanyaan ini. Karena, saya tidak memiliki tokoh idola milenial yang saya kagumi. Bahkan founder start upnya pun bukan idola saya. Karena idola saya dari dulu adalah tokoh-tokoh yang merubah dunia yang tentunya usianya sudah tua-tua.

Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan layaknya sebuah wawancara kerja. Disitulah saya dinilai bagaimana saya mampu menjawab tantangan dari berbagai pertanyaan tersebut. Dan benar saja, saat pengumuman berlangsung, yang dipilih bukan karena CVnya, tapi cenderung keceritanya. Saat itulah saya merasa "kok eman polll". Dan saya pun gagal lagi yang kelima kalinya setelah berhasil menerima beasiswa yang diselenggarakan kampus.

Tapi yang patut saya syukuri disini adalah saya dapat belajar bagaimana menghadapi beasiswa yang kompleks seperti itu. Ini berguna agar saya bisa mempersiapkan beasiswa selanjutnya yang jauh lebih menantang. Saya sadar bahwa pencapaian yang saya miliki masih minim. Perlu banyak belajar. Jadi, saya bisa berkata "Mas/Mbak, Terimakasih sudah tidak memilih saya. Kalau saya diterima, belum tentu saya akan belajar".....

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Series #1

TEP JAYA!!!