Karya Karya Karya

KULIAH SAMBIL BERKARYA

Alasan saya menulis ini adalah pertanyaan dari beberapa teman-teman yang menanyakan "Bagaimana sih cara berkarya itu mas?" atau "Kok mas Zahid bisa seproduktif itu dalam berkarya?" atau "Bagaimana cara ngatur waktu antara kuliah dengan berkarya?" dan pertanyaan-pertanyaan lain yang tentunya tidak bisa kusebutkan satu-satu. Intisari dari keseluruhan pertanyaan itu adalah "Bagaimana cara kita kuliah sambil berkarya?". Kesemua pertanyaan tersebut akan saya jawab melalui artikel blog ini.
Tentunya yang harus kita ingat adalah tujuan awal dari kita kuliah adalah Belajar. Kita masuk kelas, mendengarkan dosen menjelaskan materi itu sudah dikatakan sebagai belajar. Meskipun ada mahasiswa yang ketiduran, ramai dsb, informasi yang diberikan oleh dosen pasti akan dirangsang melalui otak manusia walaupun itu informasi sekecil apapun. Jadi sebenarnya setiap hari kita sedang belajar.

Bedanya, kalau yang lain belajar hanya sekedar formalitas sehingga ke depannya pasti lupa, kita harus mengubah mindset tersebut. Buatlah pembelajaran kuliah sebagai kebutuhan dalam mempersiapkan diri di masa depan. Kebutuhan yang kelak bisa bermanfaat bagi masyarakat. Kebutuhan yang sangat diperlukan untuk memajukan bangsa ini.

Kebutuhan tersebut kita jawab dengan mengimplementasikan ilmu yang kita dapat selama kuliah menjadi sebuah karya. Karya yang bisa membuat orang lain terpesona. Karya yang bisa meningkatkan harga diri kita sendiri. Karya yang bisa membuat orang tua kita bangga. 

Kalau boleh cerita, saya dahulu adalah siswa yang sangat minim prestasi. Prestasi pertama yang saya peroleh adalah Juara 3 Lomba Pidato Agama pada saat masih SMP. Setelah itu, saya tidak pernah mengikuti kompetisi lagi karena tidak dapat kesempatan dan tidak membuat kesempatan.

Saat SMP, saya bergelut di bidang olahraga bela diri (karate) dan Da'i cilik (keagamaan). Pidato saya selalu membuat teman-teman saya akhirnya semangat, ditambah bumbu pidato ala ustadz saya hahaha. Karena itulah saya dipercaya mewakili kelas untuk Lomba Pidato Agama dan akhirnya goal. Juara 3 saya peroleh dengan mengangkat isu Pendidikan dalam konteks Sejarah Nabi Ibrahim AS (Muatan SMP tapi...). Bayangkan saja, saya saat itu yang dicap banyak guru dan siswa sebagai anak yang tidak bisa berkembang, dapat menjawab tuduhan tersebut. Seakan-akan tak dapat dipercaya.

Saat memasuki SMA, saya yang awalnya dikenal sebagai Da'i kelas, vakum sekian lama dan berubah menjadi Orator Kelas. Ketika guru bahasa Indonesia memberikan materi pidato, alhamdulillah ketika praktek pidato, saya selalu yang terbaik. Nilai saya hampir mendekati 100. Teman-teman yang mendengarkan pidato saya pun langsung menyoraki saya dengan penuh semangat. Suatu memori yang tak pernah bisa diulang. Sehingga pernah ada lomba pidato lagi dan saya diminta untuk mewakili lagi. Kali ini saya gagal memenuhi ekspektasi. 

Di samping itu, saya juga aktif mengikuti ekstrakurikuler Futsal. Di ekstra ini, saya sering dipercaya sebagai kiper kedua pada tahap awal percobaan. Dan alhamdulillah saat itu, ketika saya dimainkan gawang saya tidak pernah kebobolan. Hingga akhirnya saya bisa menembus tim utama dengan kakak kelas untuk seusia saya yang masih terbilang muda. Pernah suatu hari, sekolah kami bertanding melawan salah satu klub futsal yang ada di Malang. Hasilnya kami kalah tipis. Tapi itu sudah bagus untuk melawan sekelas klub yang berisi mahasiswa-mahasiswa. Klub tersebut kepincut meminang saya untuk bergabung menjadi bagian mereka melalui perantara teman saya. Akhirnya saya pun join di klub tersebut selama beberapa tahun. Dan pensiun dari Futsal saat semester 2 kuliah.

Saya mulai kepincut untuk berkarya melalui tulisan sebenarnya termotivasi dari guru saya. Guru saya saat itu cerita bahwa ia sudah menghasilkan banyak buku. Dari situlah saya mulai tertarik dan mencoba untuk menulis. Saat itu, ada USBN mata pelajaran sejarah. Saya coba untuk menulis tangan di kertas hingga menumpuk menjdi buku. Kemudian saya fotokopi dan sebarkan kepada teman-teman se sekolah sebagai bahan belajar untuk mendekati ujian. Teman-teman saya mengatakan bahwa mereka merasa terbantu karena mata pelajaran sejarah lebih seringnya hafalan dan tulisan saya sangat singkat padat jelas.

Saat kuliah, saat itulah kecintaan saya terhadap nulis bertambah. Masih ingat dalam memori, saat itu dosen memberikan tugas membuat artikel mini. Saya bilang sama dosen saya "Pak, kalau semisal tulisan ini kelak saya rujuk buat tugas-tugas lain, apa boleh pak". Memang saat itu, saya tidak yakin bahwa saya adalah mahasiswa S1 yang tidak pantas menulis layaknya dosen. Beliaupun menjawab "Boleh saja, sekalian latihan". Saya tidak tahu maksudnya dan bertanya "maksudnya latihan bagaimana pak?". Beliau jawab "Nanti saja kamu akan tau sendiri". Saya masih bertanya-tanya dengan pernyataan itu sampai sekarang.

Pada saat semester 2, saya bergabung pada banyak organisasi yang bergerak pada bidang kepenulisan. Dari situlah saya dikenalkan dengan banyak lomba kepenulisan mulai dari Esai, KTI, dsb. Lalu saya tertarik sekaligus ingin belajar menulis lebih dalam lagi. Saya ikuti banyak lomba kepenulisan. Idenya tidak jauh dari ilmu yang saya dapat di jurusan saya. Hal ini agar saya bisa fokus pengembangan diri melalui tulisan.

Pertemuan saya dengan dosen saya bernama Pak Enc* secara tak sengaja menjadi penyebab semakin bertambah membaranya semangat saya dalam menulis. Beliau banyak memberi saya revisi dan seringkali sebal karena tulisan saya sering gak berubah. Hal itulah yang membentuk mental diri saya menjadi tidak takut akan kegagalan. Di samping itu juga membentuk mental saya yang selama ini lembek menjadi kuat untuk bertahan menghadapi berbagai cobaan.

Kegagalan-kegagalan terus saya dapatkan dalam menulis. Saya selalu minta maaf kepada beliau bahwa saya selalu gagal di lomba menulis, bahkan untuk lolos saja. Tapi beliau selalu bilang dan masih saya ingat hingga sekarang "Teruslah berlatih. Suatu saat nanti, kau pasti Juara" dan "Di saat yang lain liburan, kita berjuang. Hasilnya nanti akan kita petik sendiri". Kedua kalimat itu benar-benar membentuk diri saya yang saat itu sedang menangis tapi tak mengeluarkan air mata.

Alhamdulillah, saat semester 3, Juara 2 Lomba Esai Jawa Timur akhirnya saya peroleh. Dari sinilah saya semakin semangat untuk menulis. Saya ikut banyak lomba menulis baik KTI maupun Esai. Apalagi saat saya berkesempatan menjadi pemakalah pada seminar. Semangat saya makin membara. Karena tujuan kuliah saya yang utama adalah belajar menjadi karya.

Pada saat semester 5, saya rubah mindset saya. Dari yang awalnya sekedar ikut lomba menjadi memanfaatkan ilmu kuliah saya menjadi jurnal. Jadi setiap mata kuliah saya jadikan jurnal. Saat itu, masih belum banyak mahasiswa S1 yang bisa nulis banyak jurnal. Saya gaet rekan S2 saya namanya Mbak Risma, untuk ikut nulis dan sekalian membantunya untuk menyelesaikan berbagai tugas artikelnya. Sebelumnya, banyak yang meragukan saya bisa nulis jurnal, bahkan banyak yang menanggapi itu sebagai mimpi belaka. Alhamdulillah saya bisa merubah mimpi belaka itu menjadi kenyataan. Beberapa jurnal yang diterbitkan dalam akun google scholar saya merupakan pengembangan dari mata kuliah yang pernah saya peroleh. Sehingga saya boleh dikatakan belajar sambil berkarya. Agar yang saya peroleh diperkuliahan bisa bermanfaat.

Itu tadi sepenggal cerita hidup tentang saya yang mungkin bisa jadi referensi. Pada intinya, kembali lagi dari tujuan awal kita kuliah adalah belajar. Maka kalau saya, melalui karya maka belajar kita jadi bermanfaat untuk orang lain. Itulah yang membuat saya semakin semangat. Saya Insya Allah tidak akan pernah untuk berhenti menulis berbagai informasi yang saya dapat agar bermanfaat bagi orang lain.

-Semoga Bermanfaat-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Series #1

TEP JAYA!!!