Sharing Pengalaman

PROBOLINGGO IS MY BORN CITY

Foto saya waktu masih kecil
Sumber: Dokumen pribadi

Kemarin, sekitar tanggal 5 Juni 2019 setelah sholat Ied, saya bersama keluarga mengunjungi sanak saudara yang ada di Kabupaten Probolinggo. Bagi saya pribadi, hal ini terasa spesial, karena terakhir mengunjungi Probolinggo 4 tahun silam (2015). Karena Probolinggo adalah tempat dimana saya lahir dan menghabiskan masa kecil saya.

Saya lahir di Kabupaten Probolinggo, 26 Januari 1999. Tepatnya saya lahir di Rumah sakit yang dikelola oleh Badan Kesehatan Perkebunan (Bakesbun) Kabupaten Probolinggo. Di Probolinggo, saya tinggal di Bengkel dekat dengan pasar bawang saat itu. Saya lahir tepat sekitar 5 km dari pantai, jadi hawa daerah kelahiran saya sangat panas, sekitar 42 derajat pas dicek di HP saya. Mungkin itu sebabnya pigmen kulit saya cenderung kehitaman hahaha....

Saya dan saudara saya di Probolinggo lahir sebagai keluarga yang berkecimpung di dunia pertanian dari trah Ibu saya. Sawah di probolinggo masih melimpah. Rata-rata warga daerah dringu (kecamatan di probolinggo) menanam bawang di sawah mereka. Hal ini karena bawang merupakan tanaman yang menghasilkan profit yang menguntungkan daripada komoditi lain. Tapi pengawasannya harus ketat tentunya.

4 tahun saya tak bersua dengan Probolinggo, ternyata keadaan yang saya lihat antara 4 tahun lalu dengan sekarang tidak berubah. Belum ada pembangunan infrastruktur secara signifikan. Pertanian masih jadi andalan disana.

Untuk bahasa, rata-rata di Probolinggo menggunakan bahasa madura. Tapi ada beberapa juga yang menggunakan bahasa jawa. Saya sendiri karena sudah lama tinggal di Malang, jadi sampai sekarang baru bisa bahasa madura secara dasar.

Masa kecil saya, dihabiskan di kota ini. Saya sempat bersekolah play group di Probolinggo selama satu semester. Sekitar umur 1 sampai 3 tahun, saya tinggal di Probolinggo bersama mbah kakung (alm) dan mbah uti (alm) karena Ibu saya mengandung adik saya saat saya berusia 1 tahun. Dan saya sekalian sekolah dan tinggal disana selama 2 tahun. Tak heran apabila saya ke Probolinggo, saya selalu mengingat masa kecil saya bersama mbah saya yang sudah tidak ada. Apalagi bengkel tersebut sangat mengenang saya, karena setiap liburan tiba, saya selalu menyempatkan kesana dan bertemu mbah. Sekarang, saya hanya bisa melihat foto-foto kenangan tersebut dalam album di rumah saya. Jika saya ke probolinggo, apabila melewati bengkel itu, saya selalu melihat lewat jendela mobil, karena ingin mengetahui bagaimana keadaan bengkel tersebut sekarang.

Probolinggo akan selalu menjadi tempat memori yang tidak akan pernah saya lupakan. Di tempat tersebut, saya bener-bener diajarkan bagaimana kerasnya hidup.

Terimakasih telah membaca
Zahid Zufar At Thaariq 
 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wisuda Series #1

TEP JAYA!!!